Sebotol Maaf

Catatan ini saya tulis Rabu, 26 September 2012. Bagi masyarakat umum Indonesia, angka 26 punya makna tersendiri. Banyak perstiwa penting yang terjadi, sebagian tragedi, sebagian bencana alam, sisanya mungkin hal-hal lain yang tak layak diperbincangkan.

Namun, buat saya malah jadi tanggal yang biasa-biasa saja. Duduk di bangku kampus sambil menikmati alunan lembut ‘Payung Teduh’. Bosan menjelajahi internet, saya memutuskan untuk menulis. Menulis apa saja. Dan mungkin juga ini adalah potret sebagian besar manusia Indonesia masa kini. Apatis. Kejadian tanggal 26 bagi kelompok ini cuma jadi pesanggrahan.

           Mungkin dari tulisan ini jugalah menjadi kesempatan saya untuk menyampaikan pikiran-pikiran saya yang agak tertekan belakangan ini karena urusan laki-laki (dan juga urusan perempuan) : cinta. Di hari yang seharusnya saya mempersiapkan semuanya untuk sidang akhir beberapa hari mendatang, pikiran saya terhempas jauh – melayang. Pil pahit itu akhirnya tertelan juga.

Kami saling percaya satu sama lain pada awalnya. Akan tetapi hubungan laksana sebuah kapal yang sering diserang ombak. Dan kami kalah oleh karang, kawan. Penyebabnya?. Itu terlalu privasi. Setidaknya saya yakin saya berada di jalur yang benar. Maka untuk itu saya diam. Saya bukan tipe laki-laki cerewet soal cinta. Saya akan berbicara pada waktunya, sambil menunggu dari pihak lain yang menyadari (mungkin).

Permintaan maaf adalah sebuah isyarat mengakui : saya salah.” – Goenawan Mohamad-

Tetapi permintaan maaf saja tidaklah cukup. Permintaan maaf mempunyai arti lebih : saya telah salah paham dan saya tak ingin terus-menerus salah paham.

Dan pada akhirnya ini semua menjadi rumit bagi saya. Namun saya sangat bersyukur karena masih bisa diberi ketenangan saat ini. Menikmati alunan lagu dan menunggu dosen kami mengumumkan jadwal masuk untuk jenjang S2 yang akan datang.

Hidup itu seperti skripsi, kawan. Kita sebagai manusia harus sering-sering asistensi untuk mengubah pandangan kita yang salah (dan dibenarkan). Me-revisi hidup agar menjadi lebih baik di kemudian hari.

Kesakitan membuat Anda berpikir. Pikiran membuat Anda bijaksana. Kebijaksanaan membuat kita bisa bertahan dalam hidup.” –John Pattrick-

Soe Hok Gie benar tentang hal ini. Bahwa pacaran adalah pengalaman yang menyegarkan, walaupun resiko emosionalnya besar. Saya menyadari ada kesalahan dalam diri saya. Maka, saya juga ingin meminta maaf seluruhnya.